Kepribadian sehat menurut Allport
Menurut Allport, individu-individu
yang sehat dikatakan mempunyai fungsi yang baik pada tingkat rasional dan
sadar. Menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat
mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga.
KRITERIA KEPRIBADIAN
YANG MATANG
Tujuh kriteria kematangan ini
merupakan pandangan-pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus dari
kepribadian sehat.
1. Perluasan Perasaan
Diri
Ketika orang menjadi
matang, dia mengembangkan pehatian-perhatian di luar diri. Orang harus menjadi
partisipan yang langsung dan penuh. Allport menamakan hal ini “partisipasi otentik
yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha
manusia”. Orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas.
Dalam pandangan
Allport, suatu aktivitas harus relevan dan penting bagi diri; harus berarti
sesuatu bagi orang itu. Apabila anda mengerjakan suatu pekerjaan karena anda
percaya bahwa pekerjaan itu penting, karena pekerjaan itu menantang kemampuan-kemampuan
anda, atau karena mengerjakan pekerjaan itu dengan sebaik-baiknya membuat anda
merasa enak, maka anda merupakan seorang partisipan yang otentik dalam pekerjaan
itu. Aktivitas itu lebih berarti bagi anda daripada pendapatan yang diperoleh;
aktivitas itu memuaskan kebutuhan kebutuhan lain juga.
Semakin seseorang
terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktivitas atau orang atau ide, maka semakin
juga dia akan sehat secara psikologis. Perasaan partisipasi otentik ini berlaku
bagi pekerjaan kita, hubungan dengan keluarga dan teman-teman, kegemaran, dan
keanggotaan kita dalam politik dan agama.
2. Hubungan Diri yang
Hangat dengan Orang-orang Lain
Allport membedakan
dua macam kehangatan alam hubungan dengan orang-orang lain; kapasitas untuk
keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu.
Orang yang sehat secara psikologis mampu
memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orangtua, anak, partner, teman akrab.
Orang mengungkapkan paritisapi otentik dengan orang yang dicintai dan
memperlihatkan kesejahteraannya; hal ini sama pentingnya dengan kesejahteraan
individu sendiri. Syarat lain bagi kapasitas untuk keintiman adalah suatu
perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik.
Orang yang neurotis
harus menerima cinta jauh lebih banyak daripada kemampuan mereka untuk
memberinya. Apabila mereka memberi cinta, maka cinta itu diberikan dengan
syarat-syarat dan kewajiban-kewajiban yang bersifat timbal balik. Cinta dari
orang– orang yang sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan atau mengikat.
Perasaan terharu, tipe
kehangatan yang kedua adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan
perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas
untuk memahami kesakitan-kesakitan, penderitaan penderitaan, ketakutan-ketakutan,
dan kegagalan-kegagalan yang merupakan ciri kehidupan manusia. Empati itu
timbul melalui “perluasan imajinatif” dari perasaan orang sendiri terhadap kemanusiaan
pada umumnya.
Kepribadian yang
matang sabar terhadap tingkah laku orang-orang lain dan tidak mengadili atau
menghukumnya. Orang-orang yang sehat menerima kelemahan-kelemahan manusia.
3. Keamanan Emosional
Sifat dari
kepribadian yang sehat ini meliputi beberapa kualitas kualitas utama adalah
penerimaan diri. Kepribadian-kepribadian yang sehat mempu menerima semua segi
dari ada mereka,
termasuk kelemahan-kelemahan dan
kekurangan-kekuarangan tanpa menyerah secara pasif pada kelemahan-kelemahan tersebut.
Orang sehat mampu hidup dengan ini dan segi-segi lain dalam kodrat manusia,
dengan sedikit konflik dalam diri mereka atau dengan masyarakat. Mereka
berusaha bekerja sebaik mungkin dan dalam proses mereka berusaha memperbaiki
diri
mereka.
Kepribadian-kepribadian
yang sehat juga mampu menerima emosiemosi mereka, mereka bukan tawanan dari emosi-emosi
mereka, dan mereka juga tidak berusaha bersembunyi dari emosi-emosi itu. Kepribadian
yang sehat mengontrol emosi-emosi mereka. Orang yang neurotis, menyerah pada
emosi apa saja yang dominan pada saat itu. Berkali-kali memperlihatkan
kemarahan atau kebencian, betapapun perasaan-perasaan itu mungkin tidak tepat.
Kualitas lain dari
keamanan emosional ialah apa yang disebut Allport “sabar terhadap kekecewaan”.
Orang yang sehat sabar menghadapi kemunduran-kemunduran; mereka tidak menyerahkan
diri kepada kekecewaan, tetapi mampu memikirkan cara-cara yang berbeda, yang
kurang menimbulkan kekecewaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang sama atau
tujuan-tujuan substitusi.
Orang-orang yang sehat tidak bebas dari
perasaan-perasaan tidak aman dan ketakutan-ketakutan, tetapi mereka merasa
kurang terancam dan dapat menanggulangi perasaan-perasaan tersebut lebih baik
daripada orang-orang yang neurotis.
4. Persepsi Realistis
Orang-orang yang sehat
memandang dunia mereka secara objektif. Sebaliknya orang yang neurotis
kerapkali harus mengubah realitas supaya membuatnya sesuai dengan
keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan mereka
sendiri. Orang-orang yang sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang lain atau
situasi-situasi semuanya jahat atau semuanya baik menurut suatu prasangka pribadi
terhadap realitas. Mereka menerima realita sebagaimana adanya.
5. Keterampilan-keterampilan
dan Tugas-tugas
Allport menekankan pentingnya
pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri sendiri di dalamnya. Keberhasilan
dalam pekerjaan menunjukkan perkembangan keterampilan-keterampilan dan
bakat-bakat tertentu suatu tingkat kemampuan. Kita juga harus menggunakan
keterampilan-keterampilan itu secara ikhlas, antusias, melibatkan dan menempatkan
diri sepenuhnya alam pekerjaan kita.
Komitmen dalam
orang-orang yang sehat begitu kuat sehingga mereka sanggup menenggelamkan semua
pertahanan yang berhubungan dengan ego dan dorongan (seperti kebanggaan) ketika
mereka terbenam dalam pekerjaan. Dedikasi terhadap pekerjaan ini ada
hubungannya dengan gagasan tentang tanggung jawab dan dengan kelangsungan hidup
yang positif.
Pekerjaan dan
tanggung jawab memberikan arti dan perasaan konstinuitas untuk hidup. Tidak
mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikologis yang positif tanpa
melakukan pekerjaan yang penting dan melakukan dengan dedikasi, komitmen, dan keterampilan-keterampilan.
6. Pemahaman Diri
Pengenalan diri yang
memadai menuntut pemahaman tentang hubungan/perbedaan antara gambaran tentang
diri yang dimiliki seseorang dengan dirinya menurut keadaan yang sesungguhnya. Semakin
dekat hubungan antara kedua gagasan ini, maka individu juga semakin matang. Hubungan
lain yang penting adalah hubungan antara apa yang dipikirkan orang-orang lain
tentang dirinya itu. Orang yang sehat terbuka pada pendapat orang-orang lain
dalam merumuskan suatu gambaran diri yang objektif.
Orang yang memiliki
suatu tingkat pemahaman diri (selfobjectification) yang tinggi atau
wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang
negatif epada orang lain. Orang itu akan menadi hakim yang seksama terhadap orang-orang
lain, dan biasanya dia diterima dengan lebih baik oleh orang-orang lain.
Allport juga mengemukakan bahwa orang yang memiliki wawasan diri yang lebih
baik adalah lebih cerdas daripada orang yang memiliki wawasan diri yang kurang.
Selain itu, terdapat
korelasi yang tinggi antara tingkat wawasan diri dan perasaan humor, yakni tipe
humor yang menyangkut persepsi tentang hal-hal yang aneh dan hal-hal yang
mustahil serta kemampuan untuk menertawakan diri sendiri. (Allport membedakan
humor ini dari humor komik kasar yang menyangkut seks dan agresi).
7. Filsafat Hidup
yang Mempersatukan
Orang-orang yang
sehat melihat ke depan, didorong oleh tujuantujuan dan rencana-rencana jangka
panjang. Orang-orang ini mempunyai suatu perasaan akan tujuan, suatu tugas
untuk bekerja sampai selesai, sebagai batu sendi kehidupan mereka, dan ini memberi
kontinuitas bagi kepribadian mereka.
Allport menyebut
dorongan yng mempersatukan ini “arah” (directness). Arah ini membimbing
semua segi kehidupan seseorang menuju suatu tujuan atau rangkaian tujuan) serta
memberikan orang itu suatu alasan untuk hidup. Tanpa tujuan kita mungkin akan
mengalami masalah-masalah kepribadian. Mustahil memiliki suatu kepribadian yang
sehat tanpa aspirasi aspirasi dan arah ke masa depan.
Mungkin kerangka
untuk tujuan-tujuan khusus itu adalah ide tentang nilai-nilai. Allport
menekankan bahwa nilai-nilai (bersama dengan tujuan-tujuan) adalah sangat
penting bagi perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Seorang
individu dapat memilih di antara berbagai nilai-nilai dan nilai-nilai itu
mungkin berhubungan dengan diri sendiri atau mungkin nilai-nilai itu luas dan
dimiliki oleh banyak orang lain.
Orang yang neurotis
tidak memiliki nilai-nilai atau hanya memiliki nilai-nilai yang terpecah-pecah
dan bersifat sementara. Nilai-nilai orang yang neurotis tidak tetap atau tidak
cukup kuat untuk mengikat atau mempersatukan semua segi kehidupan. Suara hati
juga berperan dalam suatu filsafat hidup yang mempersatukan.
Suara hati yang tidak
matang sama seperti suara hati kanak-kanak, yang patuh dan membudak, penuh
dengan pembatasan-pembatasan dan larangan-larangan yang dibawa dari masa
kanak-kanak ke dalam masa dewasa. Suara hati yang tidak matang bercirikan
perasaan “harus” dan bukan “sebaiknya”. Suara hati yang matang adalah suatu
perasaan kewajiban dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan kepada
orang-orang lain, dan mungkin berakar dalam nilai-nilai agama dan nilai-nilai
etis.
Perkembangan Kepribadian Carl Rogers
Konsep diri (self concept)
menurut Rogers adalah bagian sadar dari ruang fenomenal yang disadari dan
disimbolisasikan, dimana “aku“ merupakan pusat referensi setiap pengalaman.
Konsep diri merupakan bagian inti dari pengalaman individu yang secara perlahan
dibedakan dan disimbolisasikan sebagai bayangan tentang diri yang mengatakan
“apa dan siapa aku sebenarnya“ dan“ apa yang sebenarnya harus saya perbuat“.
Jadi, self concept adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang
berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku.
Konsep diri ini terbagi menjadi 2
yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua
konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi yaitu:
a) Incongruence Incongruence
Adalah ketidak cocokan antara
self yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan
batin.
b) Congruence
Congruence berarti situasi dimana
pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh,
integral, dan sejati.
Menurut Rogers, para orang tua
akan memacu Menurut Rogers, para orang tua akan memacu adanya incongruence ini
ketika mereka memberikan kasih sayang yang kondisional kepada anak-anaknya.
Orang tua akan menerima anaknya hanya jika anak tersebut berperilaku sebagaimana
mestinya, anak tersebut akan mencegah perbuatan yang dipandang tidak bisa
diterima. Disisi lain, jika orang tua menunjukkan kasih sayang yang tidak
kondisional, maka si anak akan bisa mengembangkan congruence-nya. Remaja yang
orang tuanya memberikan rasa kasih sayang kondisional akan meneruskan kebiasaan
ini dalam masa remajanya untuk mengubah perbuatan agar dia bisa diterima di
lingkungan.
Dampak dari incongruence adalah
Rogers berfikir bahwa manusia akan merasa gelisah ketika konsep diri mereka
terancam. Untuk melindungi diri mereka dari kegelisahan tersebut, manusia akan
mengubah perbuatannya sehingga mereka mampu berpegang pada konsep diri mereka.
Manusia dengan tingkat incongruence yang lebih tinggi akan merasa sangat
gelisah karena realitas selalu mengancam konsep diri mereka secara terus
menerus.
Setiap manusia memiliki kebutuhan
dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari
orang lain. Perkembangan diri dipengaruhi oleh cinta yang diterima saat kecil
dari seorang ibu. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi
lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional
positive regard (tak bersyarat).
·
Jika individu menerima cinta tanpa syarat, maka
ia akan mengembangkan penghargaan positif bagi dirinya (unconditional positive
regard) dimana anak akan dapat mengembangkan potensinya untuk dapat berfungsi
sepenuhnya.
·
Jika tidak terpenuhi, maka anak akan
mengembangkan penghargaan positif bersyarat (conditional positive regard).
Dimana ia akan mencela diri, menghindari tingkah laku yang dicela, merasa
bersalah dan tidak berharga.
Abraham Maslow
Menurut Maslow, setiap individu memiliki potensi
untuk berkembang (Personal growth). Dalam menjelaskan kebutuhan manusia, Maslow
membntuk hirarki kebutuhan menjadi:
1.
Kebutuhan Fisiologis
2.
Kebutuhan Rasa aman
3.
Kebutuhan Kasih sayang
4.
Kebutuhan Penghargaan
5.
Aktualisasi Diri
Ciri-ciri pribadi yang sehat menurut Abraham maslow:
1. Menerima
realitas secara tepat
Orang-orang yang sangat sehat mengamati objek-objek
dan orang-orang di dunia sekitarnya secara objektif, teliti terhadap arang
lain, mampu menemukan denagn cepat penipuan dan ketidakjujuran. Mereka
bersandar semata-mata pada keputusan dan persepsi mereka sendiri serta tidak
terdapat pandangan-pandangan yang berat sebelah atau prasangka-prasangka.
Kepribadian-kepribadian yang tidak sehat mengamati
dunia menurut ukuran-ukuran subyektif mereka sendiri, memaksa dunia untuk
mencocokannya dengan bentuk ketakutan-ketakutan, kebutuhan-kebutuhan dan
nilai-nilai. Semakin objektif kita mampu menggambarkan kenyataan, maka semakin
baik kemampuan kita untuk berpikir secara logis, untuyk mencapai
kesimpulan-kesimpulan yang tepat, dan pada umumnya untuk menjadi efisien secara
intelektual.
2. Menerima
diri dan orang lain apa adanya
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri menerima
diri mereka. Kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan mereka tanpa keluhan
atas kesusahan. Sesungguhnya, mereka tidak terlampau banayk memikirkannya.
Meskipun individu-individu yang sangat sehat ini memiliki kelemahan–kelemahan
atau cacat-cacat, tetapi mereka tidak merasa malu atau merasa bersalah terhadap
hal-hal tersebut. Karena orang-orang sehat ini begitu menerima kodrat mereka,
maka mereka tidak harus mengubah atau memlsukan diri mereka. Mereka santai dan
puas denagn diri mereka dan penerimaan ini berlaku bagi semua tingkat
kehidupan.
Sebaliknya, orang-orang neurotis dilumpuhkan oleh
persaan malu atau perasaan salah atas kelemahan-kelemahan dan
kekurangan-kekurangan mereka, begitu di hantui sehingga mereka mengalihkan
waktu dan energi dari hal-hal yang lebih konstuktif.
3. Bertidak
secara spontan dan alamiah, tidak dibuat-buat
Pengaktualisasian diri bertingkah laku secara
terbuka dan langsung tanpa berpura-pura. Kita dapat mengatakan bahwa
orang-orang ini bertingkah laku secara kodrati yakni sesuai dengan kodrat
mereka.
Dalam situasi dimana ungkapan perasaan yang wajar
dan jujur dapat menyakitkan orang lain, atau dimana hal tersebut tidak penting,
maka untuk sementara mereka mengekang persaaan-perasaan itu. Jadi, mereka tidak
sengaja menjadi tidak konvensional atau memberontak, mereka tidak mau mencari
kesenangan dalam mencemoohkan dengan sengaja aturan-aturan dan adapt-adat
social. Akan tetapi dalam situasi di mana menaruh hormat kepada kebiasaan social
mengganggu apa yang dianggap penting oleh orang-orang yang sehat, mereka tidak
ragu menentang kebiasaan tersebut. Lagi pula mereka sendiri adalah wajar dan
sederhana, merasa yakin dan aman, serta tidak konvensioanal dengan tidak
bersikap agresif dan memberontak.
4.
Memusatkan pada masalah-masalah bukan pada perseorangan
Orang yang mengaktualisasikan diri mencintai
pekerjaan mereka dan berpendapat bahwq pekerjaan itu tentu saja cocok untuk
mereka. Pekerjaan mereka adalah sesuatu yang ingin mereka lakukan; tentu,
sesuatu yang harus mereka lakuakn tidak semata-mata suatu pekerjaan untuk
mendapat penghasilan.
Mereka tidak melakukan pekerjaan untuk mendapatkan
uang,popularitas atau kekuasaan, tetapi karena pekerjaan itu memuaskan
metakebutuhan. Menantang dan mengembangakan kemampuan-kemempuan mereka,
menyebabkan mereka bertumbuh sampai pada tingkat potensi mereka yang paling,
dan membantu merumuskan pengertian mereka tentang diri mereka siapa dan apa.
5. Memiliki
kekuasaan dan tidak bergantung pada orang lain
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri memiliki
suatu kebutuhan yang kuat untuk pemisahan dan kesunyian. Mereka tidak
tergantung pada orang-orang lain untuyk kepuasan mereka dan dengan demikian
mungkin mereka menjauhkan diri dan tidak ramah. Tingkah laku dan perasaan meeka
sangatt egosentris dan terarah kepada dir mereka sendiri.
Sebaliknya, orang-orang neuorotis biasanya snagat
emosional tergantung pada orang-orang lain untuk kepuasan dimana mereka tidak
mampu menghasilkan untuk diri mereka.
6. Memiliki
ruang untuk diri pribadi
Pengaktualisasian diri untuk berfungsi secara otonom
terhadap lingkungan social dan fisik. Kepribadian-kepribadian yang sehat dapat
berdiri sendiri dan tingkat otonomi mereka yang tinggi menaklukan mereka, agak
tidak mempan terhadap krisis atau kerugian. Kemalangan-kemalangan yang dapat
mengahncurkan orang-orang yang sehat mungkin hamper tidak dirasakan oleh
mereka. Mereka mempertahankan suatu ketenangan dasar di tengah apa yang dilihat
oleh orang-orang yang kurang sehay sebagai malapetaka.
7.
Menghargai dan terbuka akan pengalaman-pengalaman dan kehidupan baru
Menghargai pengalaman-pemgalaman tertentu
bagaimanapun seringnya pengalaman itu terulang, dengan suatu perasaan
kenikmatan yang segar, perasaan terpesona dan kagum. Suatu pandangan yang bagus
atau menyegarkan terhadap dorongan setiap hari untuk bekerja. Sebagai
akibatnya, mereka merasa kurang pasti, tetapi senantiasa berterima kasih
terhadap apa yang mereka miliki dan dapat mereka alami.
8. Memiliki
pengalaman-pengalaman yang memuncak
Dimana orang-orang yang mengaktualisasikan diri
mengalami ekstase, kebahagiaan, perasaan terpesona yang hebat dan meluap-luap,
sama seperti pengalaman-pengalaman keagamaan yang mendalam.
Maslow menunjukan bahwa tidak semua pengalaman puncak
itu sangat kuat; dapat juga ada pengalaman- pengalaman yang ringan. Pengalaman-
pengalaman yang ringan ini kadang- kadang dapat terjadi pada kita semua. Akan
tetapi individu yang lebih sehat memiliki pengalaman-pengalaman puncak lebih
sering dari pada orang- orang biasa, dan mungkin sering kali terjadi setiap
hari.
9. Memiliki
identitas sosial dan minat sosial yang kuat
Pengaktualisasian diri memiliki perasaan empati dan
afeksi yang sangat kuat dan dalam terhadap semua manusia, juga suatu keinginan
untuk membantu kemanusiaan.. Mereka adalah anggota dari satu keluarga (manusia)
dan memiliki suatu perasaan persaudaraan dengan setiap anggota lain dalam
keluarga.
Orang- orang yang sehat mengetahui bahwa mereka
dapat mencapai hal- hal dengan lebih baik daripada orang-orang lain dan bahwa
mereka melihat dan memahamii hal- hal itu dengan lebih jelas.mereka mungkin
kerapkali merasa tertekan atau marah karena tingkah laku orang- orang lain yang
bodoh, lemah, atau kasar tetapi mereka cepat memahami dan memaafkannya.
10. Memiliki
relasi yang akrab dengan beberapa teman
Mampu mengadakan hubungan yang lebih kuat dengan
orang- orang lain daripada orang- orang yang memiliki kesehatan jiwa yang
biasa.mereka memiliki cinta yang lebih besar dan persahabatan yang lebih dalam,
dan identifikasi yang lebih sempurna dengan individu-individu lain.
Meskipun orang- orang yang akrab dengan mereka
adalah kecil, namun aktualisasi diri berbudi baik dan sabar terhadap orang-
orang lain, khusunya terhadap anak- anak.mereka membenci dan kejam terhadap
orang yang kritis, congkak atau sombong.
Cinta mereka bukan cinta yang egoistic, dimana
membari cinta sekurang- kurangnya sama pentingnya dengan menerima cinta dimana
perhatian seseorang terhadap pertumbuhan dan perkembangan orang lain adalah
sebanyak perhatian terhadap pertumbuhan diri sendiri.
11. Mengarah
pada nilai-nilai demokratis
Orang yang sehat membiarkan dan menerima semua orang
tanpa memperhatkan kelas social, tingkat pendidikan, golongan politik atau
agama, ras, atau warna kulit.mereka sangat siap mendengarkan atau belajar dari
dari siapa saja yang dapat mengajarkan sesuatu kepada mereka.
12. Memiliki
nilai-nilai moral yang tangguh
Dapat membedakan dengan jelas antara sarana dan
tujuan. Bagi mereka, tujuan atau cita- cita jauh lebih penting daripada sarana
untuk mencapainya.mereka juga sanggup membedakan antara baik dan buruk, benar
dan salah. Orang yang kurang sehat kerapkali bingung atau tidak konsisten dalam
hal- hal etis, terombang- ambing, atu berganti-ganti antara benar dan salah
menurut keuntungannya.
13. Memiliki
rasa humor yang tinggi
Orang-orang yang kurang sehat menertawakan 3 macam
humor, humor permusuhan yang menyebabkan seseorang merasa sakit, humor
superioritas yang mengambil keuntungan dari rasa rendah diri dari orang lain
atau kelompok dan humor pemberontakan terhadap penguasa yang berhubungan dengan
suatu situasi Oedipus atau percakapan cabul. Humor
pengaktualisasi-pengaktualisasi diri bersifat filosofis, humor yang
menertawakan manusia, pada umumnya, tetapi bukan kepada seseorang yang khusus.
Humor ini kerap kali bersifat intruktif, yang dipakai langsung kepada hal yang
dituju dan juga menyimpulkan tertawa
14. Menemukan
hal-hal baru, ide-ide segar, dan kreatif
Kreatifitas merupakan suatu sifat yang diharapkan
seseorang dari pengaktualisasi- pengaktualisaasi diri mereka adalah asli,
inventif, dan inovatif, meskipun tidak selalu dalam pengertian menghasilkan
suatu karya seni. Maka kreatifitas lebih merupakan suatu sikap, suatu ungkapan
kesehatan psikologis dan lebih mengenai cara bagaimana kita mengamati dan
beraksi terhadap dunia dan bukan mengenai hasil-hasil yang sudah selesai dari
suatu karya seni.
15. Memiliki
integritas tinggi yang total
Pengaktualisasi – pengaktualisasi diri dapat berdiri
sendiri atau pun otonom, mampu melawan dengan baik pengaruh- pengaruh social,
untuk berpikir atau bertindak menurut cara- cara tertentu. Akan tetapi mereka
tidak terus terang menenrang kebudayaan. Daftar kualitas-kualitas pribadi yang
hebat ini mungkin tampaknya seperti suatu pernyataan yang berlebihan atau
karikatur dari kepribadian yang sangat sehat.
Erich Fromm
Fromm melihat kepribadian hanya sebagai suatu produk
kebudayaan. Karena itu dia percaya bahwa kesehatan jiwa harus di definisikan
menurut bagaimna baik nya masyarakat menyesuaikan diri dengan
kebutuhan-kebutuhan dasar semua individu, bukan menurut bagaimana baiknya
individu-individu menyesuaikan diri dengan masyarakat. Karena itu kesehatan
psikologis tidak begitu banyak merupakan usaha masyarakat. Faktor kunci ialah
bagaimana suatu masyarakat memuaskan secukupnya kebutuhan-kebutuhan manusia.
a) Suatu
masyarakat yang tidak sehat atau sakit menciptakan permusuhan, kecurigaan,
ketidakpercayaan dalam anggota-anggotanya, dan merintangi pertumbuhan penuh
dari setiap individu. Suatu masyarakat yang sehat membiarkan anggota-anggotanya
mengembangkan cinta satu sama lain, menjadi produktif yang kreatif, mempertajam
dan memperhalus tenaga pikiran dan objektivitasnya dan mempermudah timbulnya
individu-individu yang berfungsi sepenuhnya. Tetapi apabila kekuatan-kekuatan
sosial mencampuri kecenderungan kodrati untuk pertumbuhan, akibatnya ialah
tingkah laku irasional dan neurotis, masyarakat-
masyarakat yang sakit
menghasilkan orang-orang yang sakit.
b) Fromm
melukiskan hakikat keadaan manusia sebagai kesepian dan ketidakberartian.
Menurut Fromm, kita adalah makhluk yang unik dan kesepian. Sebagai akibat
evolusi kita dari binatang-binatang yang lebih rendah, kita tidak lagi bersatu
dengan alam, kita telah mengatasi alam. Tidak seperti tingkah laku binatang,
tingkah laku kita tidak terikat pada mekanisme-mekanisme instinktif. Akan
tetapi perbedaan yang sangat penting antara manusia dan binatang yang lebih
rendah terletak pada kemampuan kita akan kesadaran diri, pikiran, dan khayal.
Kita mengetahui bahwa kita akhirnya tidak berdaya, kita akan mati, dan terpisah
dari alam.
c) Dorongan
Kepribadian yang sehat. Sebagai organisme yang hidup, kita didorong untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan fisiologis dasar akan kelaparan, kehausan, dan
seks. Apa yang penting dalam mempengaruhi kepribadian ialah kebutuhan-kebutuhan
psikologis. Semua manusia sehat dan tidak sehat didorong oleh
kebutuhan-kebutuhan tersebut, perbedaan antara mereka terletak dalam cara
bagaimana kebutuhan-kebutuhan ini dipuaskan. Orang-orang yang sehat memuaskan
kebutuhan-kebutuhan psikologis secara kreatif dan produktif. Orang-orang yang
sakit memuaskan kebutuhan-kebutuhan tersebut dengan cara-cara irasional.
d) Fromm
mengemukakan lima kebutuhan yang berasal dari dikotomi kebebasan dan keamanan :
1. Hubungan
Fromm percaya
bahwa pemuasan kebutuhan untuk berhubungan atau bersatu dengan orang-orang lain
ini sangat penting untuk kesehatan psikologis. Ada beberapa cara untuk
menemukan hubungan. Beberapa cara adalah destruktif (tidak sehat), dan
cara-cara lainnya konstruktif (sehat). Seseorang dapat berusaha untuk bersatu
dengan dunia dengan bersikap tunduk kepada orang lain, kepada suatu kelompok,
atau kepada sesuatu yang ideal, seperti Tuhan. Dengan menundukan diri, orang
tidak lagi sendirian, tetapi menjadi milik dari seseorang atau sesuatu yang
lebih besar daripada dirinya sendiri. Kemungkinan lain seseorang dapat berusaha
untuk berhubungan dengan dunia dengan menguasainya, dengan memaksa orang-orang
lain tunduk kepadanya. Cara yang sehat untuk berhubungan dengan dunia adalah
melalui cinta. Cinta memuaskan kebutuhan akan keamanan dan juga menimbulkan
sesuatu perasaan integritas dan individualitas. Fromm tidak mendefinisikan
cinta semata-mata dalam pengertian erotis, definisinya meliputi cinta orangtua
terhadap anak, cinta kepada diri sendiri, dan dalam pengertian yang lebih luas,
solidaritas dengan semua orang dan mencintai mereka.
2.
Trasendensi
Fromm percaya bahwa dalam perbuatan menciptakan
(anak-anak, ide-ide, kesenian, atau barang-barang material) manusia mengatasi
kodrat eksistensi yang pasif dan aksidental, dengan demikian mencapai suatu
perasaan akan maksud dan kebebasan. Menciptakan ialah cara ideal atau sehat
untuk melebihi keadaan binatang yang pasif yang tidak diterima oleh manusia
karena kemampuan pikiran dan daya khayalnya. Tetapi apa yang terjadi apabila
seseorang tidak mampu menjadi kreatif ? kebutuhan akan transendensi harus
dipuaskan apabila tidak dengan suatu cara yang sehat maka dengan suatu cara
yang tidak sehat. Fromm percaya bahwa jalan lain untuk kreativitas ialah destruktivitas.
Destruktivitas , misalnya kreativitas, merupakan suatu keterlibatan aktif
dengan dunia. Inilah satu-satunya pilihan yang dimiliki seseorang, yakni
menciptakan atau membinasakannya, mencintai atau membenci, tidak ada cara-cara
lain untuk mencapai transendensi. Destruktivitas dan kreativitas keduanya
berakar secara mendalam pada kodrat manusia. Akan tetapi, kreativitas merupakan
potensi utama dan menyebabkan kesehatan psikologis.
3. Berakar
Cara yang ideal adalah membangun suatu perasaan persaudaraan
dengan sesama umat manusia, suatu perasaan keterlibatan, cinta, perhatian, dan
partisipasi dalam masyarakat. Perasaan solidaritas dengan orang-orang lain ini
memuaskan kebutuhan untuk berakar, untuk berkoneksi da berhubungan dengan
dunia. Cara yang tidak sehat untuk berakar ialah dengan memelihara
ikatan-ikatan sumbang masa kanak-kanak dengan ibu. Sedikit banyak, orang yang
demikian tidak pernah sanggup meninggalkan rumah dan terus berpegang teguh pada
keamanan ikatan-ikatan keibuan. Ikatan-ikatan sumbang dapat meluas melampaui
hubungan anak-ibu dan memasukan seluruh kelompok keluarga. Dengan mepertahankan
ikatan-ikatan sumbang dalam setiap tingkat, seseorang menutup
pengalaman-pengalaman tertentu dan membatasi cinta dan solidaritas hanya untuk
beberapa manusia. Situasi ini tidak membiarkan perhatian, pembagian, dan
partisipasi penuh dengan dunia pada umumnya yang merupakan suatu syarat untuk
kesehatan psikologis. Seseorang yang hanya mencintai beberapa orang, yang
merasakan suatu perasaan persaudaraan dengan suatu bagian kemanusiaan yang
terbatas, tidak sanggup mengembangkan seluruh potensi manusianya.
4. Perasaan
identitas
Manusia juga membutuhkan suatu perasaan identitas
sebagai individu yang unik, suatu identitas yang menempatkannya terpisah dari
orang-orang lain dalam hal perasannya tentang dia, siapa dan apa. Cara yang
sehat untuk memuaskan kebutuhan ini adalah individualitas, proses dimana
seseorang mencapai suatu perasaan tertentu tentang identitas diri. Sejauh mana
kita masing-masing mengalami suatu perasaan yang unik tentang diri (selfhood)
tergantung pada bagaimana kita berhasil memutuskan iaktan-ikatan sumbang dengan
keluarga, suku, atau bangsa kita. Orang-orang dengan perasaan individualitas
yang berkembang baik mengalami diri mereka seperti lebih mengontrol kehidupan
mereka sendiri, dan kehidupan mereka tidak dibentuk oleh orang-orang lain.
Dengan cara ini, identitas ditentukan berdasarkan kualitas-kualitas suatu
kelompok, bukan berdasarkan kualitas-kualitas diri. Dengan melekat pada norma-norma,
nilai-nilai, dan tingkah laku kelompok-kelompok itu, seseorang benar-benar
menemukan semacam identitas.
5. Kerangka
orientasi
Dasar yang ideal untuk kerangka orientasi adalah
pikiran, yakni sarana yang digunakan seseorang untuk mengembangkan suatu
gambaran realistis yang objektif tentang dunia. Yang terkandung dalam hal ini
ialah kapasitas untuk melihat dunia (termasuk diri) secara objektif, untuk
menggambarkan dunia dengan tepat dan tidak mengubahnya dengan lensa-lensa
subjektif dari kebutuhan-kebutuhan dan ketakutan-ketakutan orang sendiri. Fromm
sangat mementingkan persepsi objektif tentang kenyataan. Semakin objektif
persepsi kita, semakin juga kita berhubungan dengan kenyataan, jadi semakin
matang dan semakin tangkas pula kita dalam menanggulangi dunia luar. Pikiran
harus dikembangkan dan diterapkan dalam semua segi kehidupan. Suatu yang kurang
ideal dalam membangun suatu kerangka orientasi adalah lewat irasionalitas. Hal
ini, meyangkut suatu pandangan subjektif tentang dunia, peristiwa-peristiwa,
dan pengalaman-pengalaman dilihat tidak menurut apa adanya tetapi menurut apa
yang diinginkan orang terhadapnya. Tentu saja, suatu kerangka subjektif juga
memberikan suatu gambaran dunia. Meskipun kerangka subjektif mungkin merupakan
khyalan tetapi tetap riil bagi individu yang mempertahankannya.
·
Kodrat Manusia yang Sehat. Orang-orang yang demikian mencintai
sepenuhnya, kreatif, memiliki kemampuan-kemampuan pikiran yang sangat
berkembang, mengamati dunia dan diri secara objektif, memiliki suatu perasaan
identitas yang kuat, berhubungan dan berakar dengan dunia, subjek atau pelaku
dari diri dan nasib, dan bebas dari ikatan-ikatan sumbang.
·
Fromm menyebut kepribadian yang sehat adalah orientasi produktif. Konsep
itu menggambarkan penggunaan yang sangat penuh atau realisasi dari potensi
manusia. Dengan menggunakan kata “orientasi”, Fromm menunjukkan bahwa kata itu
merupakan suatu sikap umum atau segi pandangan yang meliputi semua segi
kehidupan, renspons-respons intelektual, emosional, dan sensoris terhadap
orang-orang, benda-benda, dan peristiwa-peristiwa didunia dan terhadap diri.
·
Menjadi produktif berarti orang menggunakan semua tenaga dan potensinya.
Kata “produktif” mungkin menyesatkan karena kita cenderung memikirkan kata itu
dalam pengertian manghasilkan sesuatu seperti barang-barang material,
karya-karya seni atau ide-ide. Fromm mengartikan kata itu jauh lebih luas
daripada ini. Mungkin berguna kalau memikirkan produktivitas itu sinonim dengan
berfungsi sepenuhnya, mengaktualisasikan diri, mencintai, keterbukaan, dan
mengalami. Orang-orang sehat menciptakan diri mereka dengan melahirkan semua
potensi mereka, dengan menjadi semua menurut kesanggupan mereka, dengan
memenuhi semua kapasitas mereka.
Kepribadian Produktif menurut Fromm:
1) Cinta
yang produktif,
Karena cinta yang produktif menyangkut empat sifat
yang menantang perhatian, tanggung jawab, respek dan pengetahuan. Mencintai
orang-orang lain berarti memperhatikan (dalam pengertian memelihara mereka),
sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan mereka, dan membantu pertumbuhan
dan perkembangan mereka. Hal ini berarti memikul tanggung jawab untuk
orang-orang lain, dalam pengertian mau mendengarkan kebutuhan-kebutuhan mereka
juga orang-orang yang dicintai dipandang dengan respek dan menerima
individualitas mereka, mereka dicintai menurut siapa dan apa adanya. Dan untuk
menghormati mereka, kita harus memiliki pengetahuan penuh terhadap mereka, kita
harus memahami mereka siapa dan apa secara objektif.
2) Pikiran
yang produktif,
Pikiran yang produktif meliputi kecerdasan,
pertimbangan, dan objektivitas. Pemikir produktif didorong oleh perhatian yang
kuat terhadap objek pikiran. Pemikir yang produktif dipengaruhi olehnya dan
memperhatikannya. Fromm percaya bahwa semua penemuan dan wawasan yang hebat
melibatkan pikiran objektif, dimana pemikir-pemikir didorong oleh ketelitian,
dan perhatian untuk menilai secara objektif seluruh masalah.
3)
Kebahagiaan,
Orang-orang yang produktif ialah orang-orang yang
berbahagia. Fromm menulis bahwa suatu perasaan kebahagian merupakan bukti
bagaimana berhasilnya seseorang “dalam seni kehidupan”. Kebahagiaan merupakan
prestasi (kita) yang paling hebat. Fromm membedakan dua tipe suara hati
otoriter dan suara hati humanistis.
4) Suara
hati.
Suara hati otoriter adalah penguasa dari luar yang
diinternalisasikan, yang memimpin tingkah laku orang itu. Penguasa itu dapat
berupa orang tua, Negara, atau suara kelompok lainnya yang mengatur tingkah
laku melalui ketakutan orang itu terhadap hukuman karena melanggar kode moral
dari penguasa. Suara hati humanistis ialah suara dari diri dan bukan dari suatu
perantara dari luar. Pedoman kepribadian sehat untuk tingkah laku bersifat
internal dan individual. Orang bertingkah laku sesuai dengan apa yang cocok
untuk berfungsi sepenuhnya dan menyingkap seluruh kepribadian, tingkah
laku-tingkah laku yang menghasilkan rasa persetujuan dan kebahagiaan dari
dalam. Jadi, kepribadian yang sehat dan produktif memimpin dan mengatur diri
sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar