Komunikasi Dalam manajemen
Definisi Komunikasi
Komunikasi atau dalam bahasa inggrisnya Communication,
menurut asal katanya berasal dari bahasa latin yaitu Communicatio. Komunikasi
adalah suatu proses ketika seseorang atau kelompok masyarakat menggunakan
informasi agar terhubung dengan lingkungannya. Pada umumnya, komunikasi terjadi
secara lisan atau verbal. Komunikasi dapat terjadi jika ada persamaan antara
penyampaian pesan dengan orang yang menerima pesan.
Dan menurut Carl I. Hovland berpendapat mengenai pengertian
komunikasi, menurutnya “Komunikasi adalah suatu proses yang memungkinkan
seseorang (komunikator) menyampaikan pesan (lambang-lambang verbal) untuk
mengubah perilaku orang lain (komunikan)”.
Proses Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai komponen
dasar sebagai berikut
- Pengirim pesan (sender) dan isi pesan/materi
Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada seseorang dengan
harapan dapat dipahami oleh orang yang
menerima pesan sesuai dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang
akan disampaikan atau diekspresikan oleh pengirim pesan. Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan
akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas.
Materi pesan dapat berupa :
- Informasi
- Ajakan
- Rencana kerja
- Pertanyaan dan sebagainya
- Simbol/ isyarat
Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol
sehingga pesannya dapat dipahami
oleh orang lain. Biasanya seorang
manajer menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota badan,
(tangan, kepala, mata dan bagian muka lainnya). Tujuan penyampaian pesan adalah untuk mengajak,
membujuk, mengubah sikap, perilaku atau menunjukkan arah tertentu.
- Media/penghubung
Adalah alat untuk penyampaian pesan seperti ; TV, radio
surat kabar, papan pengumuman, telepon
dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan,
situasi dsb.
- Mengartikan kode/isyarat
Setelah pesan
diterima melalui indera (telinga, mata
dan seterusnya) maka si penerima
pesan harus dapat mengartikan simbul/kode dari pesan tersebut, sehingga
dapat dimengerti /dipahaminya.
- Penerima pesan
Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari sipengirim meskipun dalam bentuk code/isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang dimaksud oleh pengirim
- Balikan (feedback)
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan dalam bentuk verbal
maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampak
pesannya terhadap sipenerima pesan Hal ini penting bagi manajer atau pengirim pesan untuk
mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar dan tepat.
Balikan dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan
penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya
merupakan balikan langsung yang
mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan
itu akan dilaksanakan atau tidak
Balikan yang diberikan oleh orang lain didapat dari pengamatan pemberi balikan terhadap perilaku maupun ucapan penerima
pesan. Pemberi balikan menggambarkan
perilaku penerima pesan sebagai
reaksi dari pesan yang diterimanya. Balikan bermanfaat untuk
memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu
untuk menumbuhkan kepercayaan serta
keterbukaan diantara komunikan, juga balikan dapat memperjelas persepsi.
- Gangguan
Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi
hampir selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan adalah hal yang
merintangi atau menghambat
komunikasi sehingga penerima
salah menafsirkan pesan yang
diterimanya.
Tingkatan Proses
Komunikasi
Menurut Denis McQuail
(1987) secara umum kegiatan komunikasi dalam masyarakat dapat berlangsung dalam
6 tingkatan, yaitu
- Komunikasi intrapribadi, yaitu proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa proses pengolahan informasi melalui panca indera dan sistem syaraf.
- Komunikasi antar pribadi, yaitu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara langsung antara seseorang dengan orang lain. Corak komunikasinya lebih bersifat pribadi dalam arti pesan atau informasi yang disampaikan hanya ditujukan untuk kepentingan pribadi para pelaku komunikasi. Misalnya: pembicaraan tatap muka di antara dua orang, surat menyurat pribadi, percakapan melalui telepon dll.
- Komunikasi dalam kelompok, yaitu kegiatan komunikasi yang berlangsung diantara anggota suatu kelompok. Pada tingkatan ini, tiap individu yang terlibat masing-masing berkomunikasi sesuai dengan peran dan kedudukannya dalam kelompok. Pesan yang dikomunikasikan menyangkut kepentingan semua anggota kelompok, bukan bersifat pribadi. Misal: ngobrol-ngobrol dalam keluarga antara bapak, ibu dan anak-anaknya, diskusi diantara warga kelompok karang taruna, kegiatan belajar mengajar.
- Komunikasi antar kelompok/asosiasi, yaitu kegiatan komunikasi yang berlangsung antara suatu kelompok dengan kelompok lainnya, atau antara suatu asosiasi dengan asosiasi lainnya. Misalnya: pertemuan antara pengurus Karang Taruna esa A dengan Karang Taruna Desa B, atau pertemuan antara pengurus ISKI dengan ISEI.
- Komunikasi organisasi, yaitu kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi dan komunikasi antar organisasi. Contoh: Rapat atau pertemuan antara Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama, Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Sosial termasuk contoh komunikasi organisasi. Komunikasi organisasi bersifat formal dan mengutamakan prinsip-prinsip efisiensi dalam melakukan komunikasi.
- Komunikasi dengan masyarakat luas. Pada tingkatan ini kegiatan komunikasi ditujukan kepada masyarakat secara luas. Ada dua cara, yaitu: 1) komunikasi massa yaitu komunikasi yang dilakukan melalui media massa seperti radio, TV, majalah, surat kabar; 2) langsung tanpa melalui media massa, misalnya ceramah atau pidato di lapangan terbuka. Sifat isi pesan komunikasi yang disampaikan menyangkut kepentingan orang banyak, tidak bersifat pribadi. Proses penyampaian pesan melalui media massa berlangsung cepat dan mampu menjangkau wilayah geografi yang sangat luas (tidak terbatas). Contoh komunikasi massa adalah forum dialog dengan Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama dan Menteri Pendidikan Nasional melalui TV.
Hambatan Komunikasi
Di dalam komunikasi selalu ada hambatan yang dapat
mengganggu kelancaran jalannya proses komunikasi. Sehingga informasi dan
gagasan yang disampaikan tidak dapat diterima dan dimengerti dengan jelas oleh
penerima pesan atau receiver.
Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton, ada
hambatan-hambatan yang menyebabkan komunikasi tidak efektif yaitu adalah:
- Status effect
Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki
setiap manusia.Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus
tunduk dan patuh apapun perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut
tidak dapat atau takut mengemukakan aspirasinya atau pendapatnya.
- Semantic Problems
Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan
komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada
komunikan. Demi kelancaran komunikasi seorang komunikator harus benar-benar
memperhatikan gangguan sematis ini, sebab kesalahan pengucapan atau kesalahan
dalam penulisan dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau
penafsiran (misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah
komunikasi (miscommunication). Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan salah
penafsiran seperti contoh : pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai
menjadi keledai dan lain-lain.
- Perceptual distorsion
Perceptual distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara
pandangan yang sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara
mengerti yang sempit terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi
perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang
lainnya.
- Cultural Differences
Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan,
agama dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku,
ras, dan bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki
arti berbeda di tiap suku. Seperti contoh : kata “jangan” dalam bahasa
Indonesia artinya tidak boleh, tetapi orang suku jawa mengartikan kata tersebut
suatu jenis makanan berupa sup.
- Physical Distractions
Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik
terhadap proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang
atau kebisingan, suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.
- Poor choice of communication channels
Adalah gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan
dalam melancarkan komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya
sambungan telephone yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan muncul,
gambar yang kabur pada pesawat televisi, huruf ketikan yang buram pada surat
sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas.
- No Feed back
Hambatan tersebut adalah seorang sender mengirimkan pesan
kepada receiver tetapi tidak adanya respon dan tanggapan dari receiver maka
yang terjadi adalah komunikasi satu arah yang sia-sia. Seperti contoh : Seorang
manajer menerangkan suatu gagasan yang ditujukan kepada para karyawan, dalam
penerapan gagasan tersebut para karyawan tidak memberikan tanggapan atau respon
dengan kata lain tidak peduli dengan gagasan seorang manajer.
Definisi Komunikasi Interpersonal Efektif
- Melaksanakan pesan secara suka rela
Indikator komunikasi interpersonal yang efektif berikutnya
adalah bahwa komunikan menindak lanjuti
pesan tersebut dengan perbuatan dan dilakukan secara suka rela, tidak karena
dipaksa. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam proses komunikasi interpersonal,
komunikator dan komunikan memiliki peluang untuk memperoleh keuntungan.
Komunikasi interpersonal yang baik dan berlangsung dalam kedudukan yang setara
(tidak superior-inferior) sangat diperlukan agar kedua belah pihak menceritakan
dan mengungkapkan isi pikirannya secara suka rela, jujur, tanpa merasa takut.
Komunikasi interpersonal yang efektif mampu mempengaruhi emosi pihak-pihak yang
terlibat dalam komunikasi itu kedalam suasana yang nyaman, harmonis, dan bukan
sebagai suasana yang tertekan. Dengan demikian seberapa baik seseorang
melakukan komunikasi dan interaksi antarpersona dengan orang lain, dapat
dilihat dari bagaian dia mampu mencapai tujuan komunikasi secara sehat dan
adil, bagaimana ia memberdayakan orang lain, dan bagaimana ia mampu menjaga
perasaan dan harga diri orang lain.
- Meningkatkan kualitas hubungan antarpribadi
Efektivitas dalam komunikasi interpersonal akan mendorong
terjadinya hubungan yang positif terhadap rekan, keluarga, dan kolega. Hal ini
disebabkan pihak-pihak yang saling berkomunikasi merasakan memperoleh manfaat
dari komunikasi itu, sehingga merasa perlu untuk memelihara hubungan
antarpribadi. Seringkali orang tidak menyadari pentingnya masalah interaksi
antarmanusia, karena sebagian orang beranggapan bahwa yang terpenting adalah
modal kekuasaan dan modal material. Kalau dua modal itu berada ditangan,
dikiranya segala urusan menjadi lancar dan berpihak kepadanya.
Padahal kecakapan dalam komunikasi interpersonal merupakan
aset yang penting dalam hubungan bermasyarakat. Banyak orang yang menjadi
sukses karena mereka memiliki hubungan yang sangat baik dengan orang lain.
Mereka menanamkan identitas yang positif kepada orang lain sehingga mereka
memiliki image yang baik dimata masyarakat. Dengan demikian, mereka memiliki
kesempatan lebih untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain dibandingkan
dengan mereka yang tidak memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang baik.
Menurut Suranto (2011) Komunikasi interpersonal dianggap efektif,
jika komunikan memahami pesan
komunikator dengan benar, dan memberikan respon sesuai dengan yang komunikator
inginkan.
- Komunikasi interpersonal yang efektif berfungsi:
- Membentuk dan menjaga hubungan baik antar individu
- Menyampaikan pengetahuan atau informasi
- Mengubah sikap dan perilaku
- Pemecahan masalah hubungan antar manusia
- Citra diri menjadi lebih baik
- Jalan menuju sukses.
Dalam semua aktivitas tersebut, esensi komunikasi
interpersonal yang berhasil adalah proses saling berbagi (sharing) informasi
yang menguntungkan kedua belah pihak.
Keefektifan komunikasi interpersonal dapat juga dijelaskan
dari perspektif The 5 Inevitable Laws of Effective Communication (Lima Hukum
Komunikasi Efektif) melalui ajimahendra.blogspot.com dalam Suranto (2011:80).
Lima hukum tersebut yaitu Respect, Empathy, Audible, Clarity, dan Humble
disingkat REACH yang berarti meraih. Hal ini relevan dengan prinsip komunikasi
interpersonal, yakni sebagai upaya bagaimana meraih perhatian, pengakuan, cinta
kasih, simpati, maupun respon positif dari orang lain.
- Respect
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi interpersonal
yang efektif adalah respect, ialah sikap menghargai setiap individu yang
menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai
merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain.
Ingatlah bahwa pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting.
Jika kita bahkan harus mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh
respek terhadap harga diri dan kebanggaan seseorang. Jika kita membangun
komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka kita
dapat membangun kerja sama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan
kualitas hubungan antar manusia.
- Empathy
Empathy (empati) adalah kemampuan kita untuk menempatkan
diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu
prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk
mendengarkan atau mengerti terlebih dahulu sebelum didengarkan atau dimengerti
oleh orang lain. Komunikasi empatik dilakukan dengan memahami dan mendengar
orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan
yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain.
Rasa empati akan meningkatkan kemampuan kita untuk dapat menyampaikan pesan
dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima atau komunikan menerimanya.
Oleh karena itu memahami perilaku komunikan merupakan keharusan. Dengan
memahami perilaku komunikan, maka kita dapat empati dengan apa yang menjadi
kebutuhan, keinginan, minat, harapan, dan kesenangan dari komunikan. Jadi sebelum
kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan
memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita
akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari
penerima.
- Audible
Makna dari audible antara lain : dapat didengarkan atau
dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih
dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti
pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan.
- Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka
hukum keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri
sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang
berlainan. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam
berkomunikasi interpersonal kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada
yang ditutup-tutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa
percaya (trust) dari penerima pesan.
- Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi interpersonal yang
efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan
hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari
oleh sikap rendh hati yang kita miliki. Sikap rendah hati pada intinya antara
lain : sikap melayani, sikap menghargai, mau mendengar, dan menerima kritik,
tidak sombong, dan memandang rendah orang lain, berani mengakui keslalahan,
rela memaafkan, lemah lembut, dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan
kepentingan yang lebih besar. Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada
lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang
komunikator yang handal, dapat menyampaikan pesan dengan cara yang sesuai
dengan keadaan komunikan. Komunikasi interpersonal yang tidak mempertimbangkan
keadaan komunikan, akan menghasilkan komunikasi yang arogan, satu arah, dan
seringkali menjengkelkan orang lain.
Menurut Devito (2011), mengemukakan lima sikap positif yang perlu
dipertimbangkan ketika seseorang merencanakan komunikasi interpersonal. Lima
sikap positif tersebut, meliputi:
- Keterbukaan (openness)
Keterbukaan ialah sikap dapat menerima masukan dari orang
lain, serta berkenan menyampaikan informasi penting kepada orang lain. Hal ini
tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat
hidupnya, tetapi rela membuka diri ketika orang lain menginginkan informasi
yang diketahuinya. Dengan kata lain, keterbukaan ialah kesediaan untuk membuka
diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan
informasi ini tidak bertentangan dengan asas kepatutan. Sikap keterbukaan
ditandai dengan adanya kejujuran dalam merespon segala stimuli komunikasi.
Tidak berkata bohong, dan tidak menyembunyikan informasi yang sebenarnya. Dalam
proses komunikasi interpersonal, keterbukaan menjadi salah satu sikap yang
positif. Hal ini disebabkan, dengan keterbukaan, maka komunikasi interpersonal
akan berlangsung secara adil, transparan, dua arah, dan dapat diterima oleh
semua pihak yang berkomunikasi.
- Empati (empathy)
Empati ialah kemampuan seseorang untuk merasakan kalau
seandainya menjadi orang lain, dapat memahami sesuatu yang sedang dialami orang
lain, dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan dapat memahami sesuatu
persoalan dari sudut pandang orang lain, melalui kacamata orang lain.
Orang yang berempati mampu memahami motivasi dan pengalaman
orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka. Ambil contoh...
Dengan demikian empati akan menjadi filter agar kita tidak
mudah menyalahkan orang lain. Namun kita biasakan untuk dapat memahami esensi
setiap keadaan tidak semata-mata berdasarkan cara pandang kita sendiri,
melainkan juga menggunakan sudut pandang orang lain. Hakikat empati adalah:
- Usaha masing-masing pihak untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain;
- Dapat memahami pendapat, sikap dan perilaku orang lain.
- Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana
terdapat sikap mendukung (supportiveness). Artinya masing-masing pihak yang
berkomunikasi memiliki komitmen untuk mendukung terselenggaranya interaksi
secara terbuka. Oleh karena itu respon yang relevan adalah respon yang bersifat
spontan dan lugas, bukan respon yang bertahan dan berkelit. Pemaparan gagasan
bersifat deskriptif naratif, bukan bersifat evaluatif. Sedangkan pola
pengambilan keputusan bersifat akomodatif, bukan intervensi yang disebabkan
rasa percaya diri yang berlebihan.
- Sikap positif (positiveness)
Sikap positif (positiveness) ditunjukkan dalam bentuk sikap
dan perilaku. Dalam bentuk sikap, maksudnya adalah bahwa pihak-pihak yang
terlibat dalam komunikasi interpersonal harus memiliki perasaan dan pikiran
positif, bukan prasangka dan curiga. Dalam bentuk perilaku, artinya bahwa
tindakan yang dipilih adalah yang relevan dengan tujuan komunikasi
interpersonal, yaitu secara nyata melakukan aktivitas untuk terjalinnya
kerjasama. Misalnya secara nyata membantu partner komunikasi untuk memahami
pesan komunikasi, yaitu kita memberikan penjelasan yang memadai sesuai dengan
karakteristik mereka.
Sikap positif dapat ditunjukkan dengan berbagai macam
perilaku dan sikap, antara lain:
- Menghargai orang lain
- Berpikiran positif terhadap orang lain
- Tidak menaruh curiga secara berlebihan
- Meyakini pentingnya orang laine.
- Memberikan pujian dan penghargaan
- Komitmen menjalin kerjasama
- Kesetaraan (equality)
Kesetaraan (equality) ialah pengakuan bahwa kedua belah
pihak memiliki kepentingan, kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga,
dan saling memerlukan. Memang secara alamiah ketika dua orang berkomunikasi
secara interpersonal, tidak pernah tercapai suatu situasi yang menunjukkan
kesetraan atau kesamaan secara utuh diantara keduanya. Pastilah yang satu lebih
kaya, lebih pintar, lebih muda, lebih berpengalaman, dan sebagainya. Namun
kesetaraan yang dimaksud disini adalah berupa pengakuan atau kesadaran, serta
kerelaan untuk menempatkan diri setara (tidak ada yang superior atau inferior)
dengan partner komunikasi.
Dengan demikian dapat dikemukakan indikator kesetaraan,
meliputi:
- Menempatkan diri setara dengan orang lain
- Menyadari akan adanya kepentingan yang berbeda
- Mengakui pentingnya kehadiran orag lain
- Tidak memaksakan kehendak
- Komunikasi dua arah
- Saling memerlukanSuasana komunikasi: akrab dan nyaman
Komunikasi interpersonal efektif dalam organisasi yang mencakup componential & situational
Komunikasi dalam organisasi atau perusahaan dapat menentukan
efektif atau tidaknya dalam suatu penyampaian pesan atau perintah antar anggota
organisasi, baik antara atasan dengan bawahan (downward communication), bawahan
dengan atasan (upward communication), maupun antar anggota yang jabatannya
setaraf (lateral communication). Secara sederhana, komunikasi adalah proses
penyampaian atau transfer dan pemahaman suatu pengertian (meaning). Jadi dalam
berkomunikasi, kita harus efektif menyampaikan pesan yang ada pada kita kepada
orang lain. Adapun berkomunikasi secara langsung dan sesuai dengan pesan yang
ingin disampaikan kepada orang lain. Karena dapat mengubah sikap, pendapat dan
perilaku seseorang dengan efek umpan balik secara langsung. Proses
berkomunikasi dimulai dari adanya pesan yang akan disampaikan oleh pengirim,
kemudian ditransfer melalui suatu channel (saluran), kemudian diterima oleh
penerima.
Adapun komunikasi interpersonal efektif dalam suatu
organisasi mencakup dua bagian yaitu componential dan situational.
- Componential
Menjelaskan komunikasi antar pribadi dengan mengamati
komponen-komponen utamanya, dalam hal ini adalah penyampaian pesan oleh satu
orang dan penerimaan pesan oleh orang lain dengan berbagai dampaknya dan dengan
peluang untuk memberikan umpan balik dengan segera.
- Situasional
Interaksi tatap muka antara dua orang dengan potensi umpan
balik langsung dengan situasi yang mendukung disekitarnya.
Source :
http://mengerjakantugas.blogspot.com/2012/06/proses-komunikasi-pengirim-pesan.html
http://uripsantoso.wordpress.com/2010/02/16/tingkatan-proses-komunikasi/
http://www.psychologymania.com/2013/04/efektivitas-komunikasi-interpersonal.html
http://www.docstoc.com/docs/142011609/KOMUNIKASI-ORGANISASI
g
0 komentar:
Posting Komentar