Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Cinta dan pernikahan

Cinta dan Pernikahan
            Cinta, tidak akan habis bila kita membahas mengenai cinta bahkan kita sebagai yang muda tidak akan pernah bosan untuk membahasnya, bahkan hampir setiap hari saya mendengar pasti saja ada yang berbicara tentang cinta. Apaan si tuh cinta ??  apakah perasaan kita pada orang tua disebut cinta ? apakah perasaan terhadap istri kita disebut cinta ??  yaps, kalo menurut saya itulah salah satu dari yang namanya cinta. Terus kalo perasaan terhadap Pacar ?  nahh kalo itu baruu bukan cinta, itu namanya  Nafsu. Hahah
             Pernikahan itu sendiri kalau menurut kamus besar bahasa indonesia, Nikah sendiri artinya Ikatan (Akad) perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama
            Pernikahan itu sendiri di anggap sebagi simbol kematangan dan kedewasaan seseorang dalam pergaulan bermasyarakat. Dengan menikah berarti tela di anggap mampu bertanggung jawab untuk membentuk sebuah keluarga baru dan menjalankan semua kewajiban-kewajiban yang ada di dalamnya
 Bagaimana memilih pasangan  
            Semakin umur kita bertambah sudah tentu pasti akan semakin banyak pertanyaan-pertanyaan yang akan terlontar dari orang tua kita, saudara, teman dan lain-lain yaitu pertanyaan.
“Kapan Nikah ? “  “Udah punya pasangan belom ?”
            Kalo saya sendiri sih, kalo d tanya kayak begitu tinggal bilang aja,
“Kapan Nikah ?”
“InsyaAllah secepatnya doain aja yah”
“Udah punya pasangan belom ?”
“Alhamdulillah udah cuman masih d umpetin ama Allah, kalo udh ktmu ya langsung deh samperin rumahnya :p”
            Menurut survei , telah membuktikan banyak orang yang memilih pasangan dengan kriteria sebagai berikut

            1. Seiman
            2.Mapan
            3.Ganteng/Cantik
            4.Fisiknya
Tapi menurut saya bukan itu semua kecuali yang nomor 1 , yang itu saya setuju, menurut saya  faktor agama, memilih pasangan yang baik itu dari faktor agamanya, apakah ibadah yang d ajarkan agama dia di pakai di dalam kehidupan sehari-hari ? atau hanya agama mereka hanya pada KTP saja ?
            Bila kita memiliki berbagai kandidat pasangan yang satu kaya raya, yang satunya lagi tampan serta fisiknya bagus, dan yang terakhir ibadah dan pengentahuan agamanya bagus, maka dari ke tiga itu kita lebih baik memilih yang ke 3 yaitu pasangan yang ibadah serta pengetahuan agamanya bagus, karena selain pasangan tersebut dapat membimbing kita pada Nikmat dunia, juga ia akan dapat membimbing serta mengajak kita mencicipi indahnya Surga.
            Jadi menurut saya bila ingin memilih pasangan, maka pilihlah yang baik ibadahnya, bila ia ibadahnya baik,tampan,serta kaya raya, anggap lah ketampanan/kecantikannya, serta kekayaan hartanya sebagai Bonus karena kita telah menilai dan memilih pasangan dari Agamanya.
Seluk beluk hubungan dalam perkawinan
Pada umumnya salah satu tanda kegagalan suami-istri dalam mencapai kebahagiaan perkawinan adalah perceraian. Perceraian adalah akumulasi dari kekecewaan yang berkepanjangan yang disimpan dalam alam bawah sadar individu. Adanya batas toleransi pada akhirnya menjadikan kekecewaan tersebut muncul kepermukaan, sehingga keinginan untuk bercerai begitu mudah.
Masalah diseputar perkawinan atau kehidupan berkeluarga antara lain:
·                  Kesulitan ekonomi keluarga yang kurang tercukupi.
·                  Perbedaan watak.
·                  Temperamen dan perbedaan kepribadian yang sangat tajam antara  suami dan istri.
·                  Ketidakpuasan dalam hubungan seks.
·                  Kejenuhan rutinitas.
·                  Hubungan antara keluarga besar yang kurang baik.
·                  Adanya istilah WIL (wanita idaman lain) atau PIL (pria idaman lain).
·                  Masalah harta warisan.
·                  Menurunnya perhatian kedua belah pihak.
·                  Domonasi dan intervensi orang tua atau mertua.
·                  Kesalahpahaman antara kedua belah pihak.
Dari salah satu masalah diatas yaitu kesalahpahaman yang menyebabkan pasangan menjadi tersinggung, sehingga terkadang memicu adanya perceraian, merupakan masalah yang sering terjadi dalam kehidupan rumah tangga. Karena kesalahpahaman itulah yang terkadang pasangan enggan untuk membuka komunikasi dengan pasangannya yang kemudian menimbulkan misskomunikasi. Tanpa mereka sadari dengan keadaan seperti itu malah akan membuat mereka sulit dalam menghadapi problem apapun. Komunikasi yang intern dan baik akan melahirkan saling keterbukaan dan suasana keluarga yang nyaman.
Allah juga memerintahkan kepada suami-istri untuk selalu berbuat baik. Suami dan istri sering beranggapan bahwa masalah yang timbul akan selesai dengan sendirinya, asalkan bersabar dan menyediakan waktu yang panjang.
Namun kenyataannya masalah yang didiamkan bukan membaik, malah memburuk seiring berjalannya waktu yang lama. Kejengkelan makin menumpuk dan penyelesaian makin jauh di mata, kareana masalah menjadi seperti benang kusut dan tidak tahu lagi harus memulainya dari mana. Tabungan cinta cenderung menyusut seiring dengan berkecamuknya masalah dengan berkurangnya cinta dan kasih sayang, berkurang pulalah semangat untuk menyelesaikan masalah. Pada akhirnya ketidakpedulian menggantikan cinta dan makin menyesuaikan diri dalam kehidupan yang tidak sehat ini. Dengan kata lain antara suami dan istri sudah menemukan cara yang efektif untuk menyelesaikannya tapi tidak dilakukan sehingga dapat menimbulkan perceraian.
Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam perkawinan
Hirning dan Hirning (1956) mengatakan bahwa penyesuaian perkawinan  itu lebih kompleks dibandingkan yang terlihat. Dua orang memasuki perkawinan harus menyesuaikan satu sama lain dengan tingkatan yang berbeda-beda. Untuk tingkat organismik mereka harus menyesuaikan diri dengan sensori, motor, emosional dan kapasitas intelektual dan kebutuhan. Untuk tingkat kepribadian, masing-masing mereka harus menyesuaikan diri dengan kebiasaan, keterampilan, sikap, ketertarikan, nilai-nilai, sifat, konsep ego, dan kepercayaan. Pasangan juga harus menyesuaikan dengan lingkungan mereka, termasuk rumah tangga yang baru, anak-anak, sanak keluarga, teman, dan pekerjaan.
Lasswell dan Lasswell (1987) mengatakan bahwa konsep dari penyesuaian perkawinan adalah bahwa dua individu belajar untuk saling mengakomodasikan kebutuhan, keinginan, dan harapan.
Dyer (1983) menyatakan penyesuaian perkawinan adalah adanya bermacam-macam proses dan penyesuaian didalam hubungan perkawinan antar pasangan, dimana adanya proses untuk mengakomodasikan situasi sehari-hari, menyeimbangkan kebutuhan masing-masing, ketertarikan, role-expectation, dan pandangan, dan beradaptasi untuk perubahan kondisi perkawinan dan kehidupan keluarga.
Menurut LeMasters (dalam Dyer, 1983) penyesuaian perkawinan bisa dikonseptualisasikan sebagai kapasitas penyesuaian atau adaptasi, sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah daripada kemangkiran dari masalah.
 Schneiders (1964) mengatakan bahwa konsep dari penyesuaian perkawinan adalah suatu seni kehidupan dan bermanfaat dalam kerangka tanggung jawab, hubungan, dan pengharapan yang merupakan hal mendasar dalam perkawinan.
Duvall dan Miller (1985) mengatakan bahwa penyesuaian perkawinan itu adalah proses membiasakan diri pada kondisi baru dan berbeda sebagai hubungan suami istri dengan harapan bahwa mereka akan menerima tanggung jawab dan memainkan peran sebagai suami istri.
Penyesuaian perkawinan ini juga dianggap sebagai persoalan utama dalam hubungan sebagai suami istri. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian perkawinan adalah dua orang memasuki tahap perkawinan dan mulai membiasakan diri dengan situasi baru sebagai suami istri yang saling menyesuaikan dengan kepribadian, lingkungan, kehidupan keluarga, dan saling mengakomodasikan kebutuhan, keinginan dan harapan.
Perceraian dan Pernikahan kembali
Apa yang akan mempengaruhi seseorang untuk menikah setelah bercerai? Ada banyak faktor. Misalnya seorang wanita muda yang menikah lagi karena tidak memiliki anak dari pernikahan sebelumnya. Faktor pendidikan, pendapatan dan sosial juga bisa menjadi penyebab seseorang untuk menikah lagi. Sebagai manusia, kita memang mempunyai daya tarik yang tinggi terhadap hal-hal yang baru. Jadi, semua hal yang telah kita miliki dan nikmati untuk suatu periode tertentu akan kehilangan daya tariknya. Misalnya, Anda mencintai pria yang sekarang menjadi pasangan karena kegantengan, kelembutan dan tanggung jawabnya. Lama-kelamaan, semua itu berubah menjadi sesuatu yang biasa. Itu adalah kodrat manusia. Sesuatu yang baru cenderung mempunyai daya tarik yang lebih kuat dan kalau sudah terbiasa daya tarik itu akan mulai menghilang pula. Ada kalanya, hal-hal yang sama, yang terus-menerus kita lakukan akan membuat jenuh dalam pernikahan
Single Life
Namun banyak juga, orang-orang yang memilih , lebih menikmati untuk menjalakan suatu prinsip yang di sebut Single Life, yaitu hidup sendiri/ hidup melajang tanpa pasangan hal ini di karenakan :
1. Kebebasan
Mereka memilih single karena mereka masih ingin bebas dengan hidupnya, tanpa ada yang melarang. Dia ingin memiliki lebih banyak waktu untuk dirinya sendiri. Selain itu, dia belum ingin berbagai kehidupan, mulai dari waktu sampai finansia dengan seorang wanita/pria. Bagi mereka, pernikahan hanya akan mengubah pola kehidupan yang saat ini dijalaninya.
2. Masih Ingin Bersenang - senang
Pergi jalan-jalan, menghabiskan uang , belanja ini itu, pergi jalan-jalan bersama teman-teman  merupakan tanda bahwa mereka masih ingin bersenang-senang dengan hidupnya. Ketika punya keluarga nanti, tentu konsekuensinya adalah si dia harus meninggalkan kehidupan tersebut. Bagi sebagian pria, mereka belum siap harus meninggalkan kehidupan “Happy Lifenya” tersebut.


3. Belum Menemukan Wanita Idea
Setiap orang memiliki kriteria   ideal untuk jadi pendampingnya. Mungkin sampai saat ini, mereka belum menemukan orang yang dirasa ideal. Hingga ia tetap menunggu sampai ada wanita yang 'klik' di hatinya dan sesuai dengan kriterianya.

4. Takut dengan Tanggung Jawab
Masuk ke jenjang pernikahan berarti tanggung jawab lebih besar. Belum lagi ketika punya anak nanti. Untuk orang yang takut akan komitmen, mereka hanya membanyangkan hal-hal buruk dari pernikahan. Itu tanda bahwa mereka takut memiliki tanggung jawab lebih besar.

5. Belum Dewasa
Meski umur telah cukup dewasa untuk menikah, tapi pemikiran mereka belum dewasa, sehingga pernikahan belum dibayangkan. orang yang belum dewasa hanya memikirkan diri sendiri dan tidak mau berbagi dengan orang lain. Mereka hanya untuk makan, tidur, kerja untuk mendapatkan uang untuk dirinya sendiri untuk bersenang-senang



TweetNikah (2013) . AKU,KAU & KUA. PT Elex media komputindo .  

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar